THE ART of SUN TZU
Sun Tzu dengan tulisannya yang sangat terkenal, The Art of War, bisa dianggap sebagai seorang konseptor militer terbesar di belahan dunia bagian timur. Sebagai seorang bangsawan negeri Cina yang terkenal dengan budayanya yang tinggi dan kaya, konsep strategi Sun Tzu telah mempengaruhi pemikiran-pemikiran tentang strategi pada masa-masa berikutnya di hampir seluruh penjuru dunia, bahkan di negara-negara barat sekalipun sampai dengan sekarang.
Konsep strategi Sun Tzu selalu menjadi pembicaraan yang menarik di kalangan pakar-pakar strategi, bahkan aplikasinya telah memasuki berbagai bidang kehidupan, termasuk kehidupan bisnis dan ekonomi. Buku The Art of War sendiri sampai sekarang masih banyak membanjiri toko-toko buku di berbagai belahan dunia ini.
Dalam tulisannya, Sun Tzu secara umum menitik beratkan pada kegiatan-kegiatan yang dilakukan sebelum perang itu sendiri dilaksanakan.
Pada tataran strategis, Sun Tzu sangat berfokus pada kepentingan-kepentingan suatu negara di dalam penggunaan kakuatan militer. Salah satu kalimat yang dituliskan mengenai hal ini adalah. “Jika bukan karena kepentingan negara, jangan bertindak. Jika tidak yakin akan berhasil, jangan menggunakan kekuatan militer. Jika tidak dalam bahaya (terancam) jangan bertmpur.” (The Art of War, hal. 142) Phrase ini merupakan salah satu prinsip yang sangat signifikan yang juga masih aplikatif sampai dengan sekarang. Prinsip ini juga yang mungkin menjadikan inspirasi munculnya kaidah perang universal ayng mengatakan bahwa Self Defense atau pembelaan diri menjadi salah satu alasan yang legal bagi suatu negara untuk melaksanakan perang. Penggunaan kekuatan militer juga dibenarkan apabila bertujuan untuk mengamankan kepentingan negara. Diluar itu, penggunaan kekuatan militer harus dikesampingkan tetapi militer itu sendiri harus selalu dalam keadaan siap sedia bila sewaktu-waktu diperlukan.
Sun Tzu juga mengatakan bahwa militer harus digunakan dengan tepat. “Seorang penguasa tidak boleh menggerakkan militer hanya karena dia marah, tidak pula seorang jenderal boleh berperang hanya karena dia merasa tertantang. Karena seorang yang marah mungkin akan menjadi tenang kembali, dan seorang yang merasa tertantang akan menjadi senang kembali. Sebuah negara yang hancur akan susah untuk dibangun kembali, dan orang-orang yang mati tidak akan mungkin hidup kembali.” (The Art of War, hal 143) Ini memperlihatkan bahwa penggunaan militer harus benar-benar diperhitungkan dengan tepat, dan tidak boleh dilakukan hanya atas keinginan dan ambisi pribadi, apakah itu seorang pemimpin politik maupun seorang pemimpin militer. Karena pengerahan kekuatan militer sangat berhubungan dengan kehancuran dan kematian, maka kesalahan dalam perhitungan akan menyebabkan kerugian yang sangat fatal. Contoh yang mungkin bisa diambil adalah kampanye militer Amerika Serikat di Vietnam pada saat perang Vietnam. Meskipun secara militer Amerika banyak memenangkan pertempuran, tetapi secara strategis Amerika menderita kekalahan baik di Vietnam maupun di dalam negeri sendiri. Hal itu disebabkan oleh ketidak jelasan tujuan perang. Pengerahan kekuatan militer di Vietnam lebih disebabkan oleh ambisi politis pemimpin pada saat itu. Sedangkan rakyat Amerika maupun tentara yang dikirimkan ke medan perang sebagian besar tidak memahami tujuan politis itu sendiri. Hal ini berarti pengerahan kekuatan militer Amerika pada saat itu tidak mewakili kepentingan negara secara utuh.
Pada tataran operasional, Sun Tzu memberikan titik berat pada intelijen, pengelabuhan, dan pendekatan tidak langsung kepada musuh sebagai cara yang paling efektif untuk memenangkan pertempuran. “Semua peperangan didasarkan pada pengelabuhan (deception).” (hal. 66) “Serang pada saat mereka tidak siap: adakan pendadakan pada saat mereka tidak menyangka.”( hal. 69) dan kata-kata yang paling populer di telinga kita adalah “Kenali musuhmu, kenali dirimu sendiri; kemenanganmu tidak akan pernah terancam.” (hal. 129)
Penggunaan kemampuan intelijen, pengelabuhan, dan mendekati musuh secara diam-diam dan tidak langsung merupakan titik berat pembahasan taktis Sun Tzu dalam tataran operasional pertempuran.
Taktik-taktik yang kita anut dalam pelaksanaan Operasi Lawan Gerilya mungkin merupakan adopsi atau aplikasi secara tidak langsung dari konsep taktisnya Sun Tzu. Walaupun tekhnologi perang sudah sedemikian canggihnya saat ini, tetapi konsep umum taktisnya Sun Tzu kelihatannya tidak begitu saja ditinggalkan. Penggunaan pesawat mata-mata B-52, pesawat super canggih Stealth dan sejenisnya yang tidak terdeteksi oleh radar menunjukkan masih pentingnya unsur intelijen dan pendadakan meskipun di dalam perang modern. Hal tersebut dimaksudkan untuk memenuhi kaidah perang universal yaitu capai kemenangan secepat dan sebesar mungkin dengan kemungkinan kerugian yang sekecil-kecilnya.
Label: strategi